Minggu, 09 November 2014

Perkembangan Bisnis di Indonesia 10 Tahun Terakhir

Perkembangan Bisnis di Indonesia 10 Tahun Terakhir

Krisis ekonomi tahun 1998 telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian Indonesia. Segala sektor dari yang besar sampai sektor terkecilpun terkena imbasnya dan terancam kelangsungan hidup usahanya, Banyak bisnis yang terpaksa bangkrut dan gulung tikar karena tidak mampu bertahan, tak terkecuali juga para investor asing. Merekapun berduyun-duyun ‘lari’ mencabut bisnisnya di Indonesia.
Akibatnya terjadi banyak pengangguran di mana-mana. Belum lagi PHK dari banyak perusahaan semakin mengindikasikan kejatuhan ekonomi Indonesia. Sektor makro dan mikro sulit bertahan karena mahalnya bahan baku dan tidak lakunya barang jasa yang diproduksi. Percuma memproduksi barang karena daya beli masyarakat ketika krisis terjadi masih sangat rendah.
Pemilu 1999 memberikan harapan baru bagi dunia bisnis di Indonesia. Iklim usaha di Indonesia berangsur-angsur pulih. Hal ini juga tidak terlepas karena stabilitas negara yang membaik sehingga gairah investasi muncul kembali. Tatanan perekonomian kembali stabil meskipun kurs rupiah sudah sangat turun dibandingkan sebelum terjadinya krisis. Daya beli masyarakat meningkat lagi dan bisnis-bisnis baru banyak bermunculan.
Di awal millennium ke-21 ini, bisnis di Indonesia tumbuh dengan pesat. Banyak pelaku-pelaku bisnis baru bermain di berbagai segmen pasar konsumen. Bisnis-bisnis yang sebelum reformasi tidak berkembang, kini menjadi ladang emas untuk berusaha. Paling banyak sektor yang berkembang secara dominan adalah sektor telekomunikasi dan waralaba (franchise).
Sektor telekomunikasi bisa berkembang pesat karena kemajuan teknologi global khususnya di bidang handphone dan internet. Pelaku bisnis beramai-ramai berusaha di sektor ini karena minat masyarakat pada handphone sangat tinggi. Ada yang menjadi operator seluler yaitu Telkomsel, Indosat, Bakrie telephone, dan lain-lain dan ada yang bisnis kecil-kecilan yaitu sebagai counter voucher pulsa HP.
Ada banyak jenis layanan yang dilakukan oleh vendor jasa telekomunikasi seperti tarif murah dan hal ini menambah prospek yang besar dari usaha di bidang telekomunikasi. Masyarakat dimanjakan dan bebas memilih berbagai fasilitas kemudahan dari operator HP. Belum lagi tipe-tipe HP yang selalu up-date sampai teknologi tercanggih yang menjadikan HP sekaligus GPS serta lain-lainnya membuat masyarakat tertarik untuk memilikinya.
Bidang internet juga menunjukkan grafik kemajuan pesat. Banyak orang kini dalam berbisnis tidak bisa terpisahkan dengan dunia internet bahkan bidang usahanya adalah di dalam dunia maya internet. Sekarang banyak orang yang berprofesi sebagai blogger, progarammer yang menjadikan internet adalah arena usahanya. Apalagi kini banyak transaksi bisnis yang harus dilakukan melalui perantara internet.
Belum lagi kecenderungan masyarakat yang menjadikan internet sebagai sumber informasi dalam berbagai hal. Hal ini otomatis memberikan peluang bisnis bagi pebisnis untuk berusaha diantaranya dalam jasa warnet. Semakin banyak masyarakat bahkan tiap lapisan kini bisa mengakses internet karena semakin merebaknya warnet di berbagai daerah dan tak jarang bermunculan juga tempat-tempat yang menyediakan hotspot
Sektor lain yang berkembang pesat adalah sektor bisnis waralaba. Dahulunya tentang sektor ini, masyarakat tahunya waralaba asing seperti McDonald, KFC, tetapi kini bermunculan waralaba seperti Indomaret, Es Teller 77. Maraknya bisnis seperti ini dikarenakan masyarakat yang mempunyai dana ingin berusaha tetapi tidak susah-susah memulai dari nol. Berbisnis dengan cara ini dianggap lebih mudah dan menguntungkan.
Bisnis lain yang berkembang pesat pada periode 1999-2008 adalah bisnis properti terutama di kota-kota besar. Sekarang di Jakarta telah banyak berdiri apartemen-apartemen mewah untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat terutama kelas menengah ke atas. Hal lainnya di sebagian besar di kota-kota di Indonesia kini telah banyak didirikan trade center dan mal-mal dalam kapasitas besar.
Bisnis properti ini juga merambah kalangan menengah ke bawah yaitu bisnis perumahan.dan pendirian kios-kios murah. Masyarakat menengah ke bawah juga diberi kesempatan agar mampu mengembangkan usaha bisnisnya. Bisnis secara kecil-kecilan itu secara tidak langsung sangat berperan pada perekonomian Indonesia. Para pelaku bisnis properti melihat peluang itu sekaligus juga berperan pada kesejahteraan masyarakat.
Namun meliahat kenyataan yang ada di lapangan, bisnis-bisnis itu sebagian besar masih dikuasai pelaku lama. Pelaku baru memang ada, tetapi kuantitas bisnisnya cenderung stagnan. Hal ini bisa dicontohkan untuk kasus operator seluler. Telkomsel, Indosat dan XL yang sebagian besar sahamnya milik asing masih menjadi pelaku utama pada sektor ini. Bakrie telecom, Fren, Smart masih sebagai penggembira saja.
Untuk kasus tersebut ternyata sangat rawan terhadap monopoli yang dilakukan oleh pelaku usahanya. Contohnya kasus Temasek yang mempunyai kepemilikan silang di Telkomsel dan Indosat. Kepemilikan silang itu dapat merugikan konsumen karena Temasek memiliki kekuasaan dalam menentukan kebijakan kedua perusahaan. Akhirnya oleh KPPU, Tamasek diharuskan melepas saham kepemilikannya di salah satu perusahaan karena bertentangan dengan Pasal 27 UU No. 5/1999 mengenai cross-ownership.
Pelanggaran dalam berbisnis seperti itu sebenarnya sering terjadi di Indonesia daan masih banyak kasus lainnya yang masih diperiksa KPPU. Larangan monopoli seperti itu sebenarnya telah diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat. Namun, kadang-kadang pelaku usaha salah dalam menafsirkannya atau malah pemerintah yang kurang mengawasi para pelaku usaha.
Di dalam dunia usaha di Indonesia, jenis yang paling banyak digiatkan masyarakat adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini terbukti dari seluruh unit usaha di Indonesia yang mencapai 45,7 juta unit usaha (2006), 98% masyarakat bergerak dalam sektor UMKM. Sektor yang paling banyak dilirik adalah jenis usaha berdagang di pasar, warung kaki lima, usaha kerajinan dan produksi barang dalam skala kecil s.d. menengah.
Karena sektor ini adalah sektor yang paling besar, pemerintah berusaha memberikan bantuan diantaranya bantuan kredit lunak. Oleh karena itu, sekarang banyak didirikan BPR-BPR yang digunakan pemerintah untuk menyalurkan kredit kepada sektor UMKM. Ditambah lagi, bank-bank nasional juga tertarik untuk mengucurkan kredit pada UMKM dengan program yang menarik diantarannya BRI melalui program BRI unit desa.
Pemberdayaan sektor UMKM ditujukan agar masyarakat Indonesia bisa meningkatkan kemampuan usahanya yang kemudian kesejahteraannya juga akan meningkat. Masyarakat didorong untuk bisa mengembangkan skala usahanya sehingga ekonomi nasional tidak lagi didominasi para pemodal besar saja. Pemerintah menargetkan program ini bisa melepasakan bangsa Indonesia dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Jika dunia usaha Indonesia ditilik dalam 2 tahun belakangan, terdapat sebuah kecenderungan di masyarakat bahwa masyarakat sepertinya mampu lepas dari krisis ekonomi. Padahal kenyataannya tidak, karena masih banyak masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Sektor usaha pertanian, perikanan dan atau yang sangat bergantung dengan alam menjadi sisi kemunduran dalam perkembangan usaha di Indonesia.
Memang jika kita lihat dari kemajuan teknologi, masyarakat kita semakin banyak yang melek teknologi. Tapi jika melihat sektor agraris, maka usaha di bidang ini sungguh ironis dibandingkan julukan negara Indonesia yang dulunya adalah negara agraris. Para petani, nelayan menjadi kaum yang paling menderita. Hal ini dikarenakan banyaknya bencana alam yang terus-terusan menerpa alam Indonesia.
Lahan pertanian banyak yang rusak tergenang banjir dan gelombang laut terus menerus pasang tidak berhenti. Akibatnya petani gagal panen dan nelayan tidak memperoleh tangkapan ikan yang mengakibatkan mereka terancam dalam kemelaratan. Ditambah lagi, kebijakan impor beras yang sangat menjatuhkan harga beras lokal sehingga harapan petani terhadap meningkatnya pendapatan menjadi kandas.
Ketimpangan bisnis di Indonesia juga sangat kentara terutama antara MNC dengan perusahaan lokal. Banyak perusahaan besar Indonesia kini berubah kepemilikannya menjadi asing. Akibatnya mereka semena-mena dalam menetapkan harga. Masyarakatlah yang menjadi pihak yang menanggungnya terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pemerintah tak lantas berupaya menyelesaikan tapi cenderung membiarkannya.
Bisnis-bisnis asing terutama yang memanfaatkan SDA Indonesia haruslah dikurangi agar aset-aset alam kita tidak lari ke tangan asing. Bangsa Indonesia haruslah sebagai bangsa yang memiliki dan menikmati bukan hanya sebagai penonton saja. Pemerintah harus bisa menasionalisasi perusahaan itu agar Indonesia tetap terjaga kedaulatan negara secara utuh. Bisnis mereka harus dikembalikan kepada tangan rakyat Indonesia.
Tantangan globalisasi kedepannya semakin kuat. Hal ini tentu jika dibiarkan saja tanpa ada peran pemerintah untuk mengembangkan usaha lokal bisa mematikan usaha dalam negeri. Bisnis dalam negeri harus dibantu dengan cara pengucuran dana, proteksi, pelonggaran peraturan terhadap unit-unt usaha tertentu asalkan tidak bertentangan dengan masyarakat umum. Maka untuk itu diperlukan sinergi yang benar-benar nyata.

Sabtu, 01 November 2014

PENGANTAR BISNIS PT.KOMPAS GRAMEDIA



PT.KOMPAS GRAMEDIA

SEJARAH PT.KOMPAS GRAMEDIA
Kompas Gramedia sebagai salah satu perusahaan yang terkemuka di Indonesia memiliki peristiwa-peristiwa penting yang menjadi tonggak perjalanan perusahaan dari sejak berdiri sampai perkembangannya saat ini:
1963
Terbitnya majalah bulanan Intisari pada tanggal 17 Agustus 1963 oleh Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama (JO), bersama J. Adisubrata dan Irawati SH. Majalah bulanan Intisari bertujuan memberikan bacaan untuk membuka cakrawala bagi masyarakat Indonesia. Pada saat itu, Intisari terbit dengan tampilan hitam putih, tanpa sampul, berukuran 14 x 17,5 cm. Dengan tebal 128 halaman, majalah ini mendapat sambutan baik dari pembaca dan mencapai oplah 11.000 eksemplar.
1965
Hampir 3 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 28 Juni 1965, diterbitkan Surat Kabar KOMPAS, yang berawal dari ide menerbitkan koran untuk melawan pers komunis. Pada mulanya KOMPAS terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8 halaman, lalu terbit 4 kali seminggu, dan hanya dalam kurun waktu 2 tahun telah berkembang menjadi surat kabar harian nasional dengan oplah mencapai 30.650 eksemplar.


1970
Melihat perkembangan usaha yang sangat baik dan dengan semangat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja baru, PK Ojong mulai melakukan diversifikasi usaha. Pada tanggal 2 Februari 1970 didirikan Toko Buku Gramedia untuk memperkuat penyebaran produk dan menjual buku-buku yang berasal dari luar negeri. Sebagai langkah awal, dibuka sebuah toko kecil berukuran 25 m2, di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.
1971
Pada awalnya harian KOMPAS dicetak di percetakan PT Keng Po. Seiring perkembangan oplah yang semakin meningkat, dan agar dapat menjamin KOMPAS dapat terbit pagi hari, dipandang perlu memiliki usaha percetakan sendiri. Pada tahun 1971 perusahaan mendirikan Percetakan Gramedia di Jalan Palmerah Selatan, yang mulai beroperasi pada bulan Agustus 1972, dan diresmikan pada tanggal 25 November 1972 oleh Ali Sadikin, selaku Gubernur DKI Jakarta saat itu. Dalam perkembangannya, pada tahun 1997 dibangunlah sistem cetak jarak jauh (remote printing) sebagai terobosan baru teknologi percetakan untuk mempercepat distribusi koran harian KOMPAS di daerah. Sistem cetak jarak jauh yang pertama kali didirikan pada tahun 1997 di Bawen, dan dilanjutkan dengan kota-kota lainnya seperti Makasar (Oktober 1998), Surabaya (November 1999), Palembang (Juni 2001), Medan (Juni 2003), Banjarmasin (Agustus 2002), Bandung I (Februari 2006), Bandung II (Januari 2007), Bali (Maret 2009).
1972
Hampir bersamaan dengan mulai beroperasinya Percetakan Gramedia, pada tahun yang sama didirikan unit bisnis Radio Sonora, berkedudukan di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Radio Sonora didirikan oleh para pendiri Kompas Gramedia untuk memberikan layanan informasi bagi masyarakat melalui media elektronik, selain melalui media tertulis.
1973
Untuk mengisi kekosongan bacaan khusus anak-anak, diterbitkanlah majalah anak-anak Bobo pada tanggal 14 April 1973. Sebelum majalah Bobo terbit, harian KOMPAS menerbitkan sisipan halaman khusus untuk anak-anak. Seiring dengan respon yang positif dari pembaca terhadap sisipan halaman khusus anak-anak di harian KOMPAS tersebut, perusahaan bekerja sama dengan penerbit majalah Bobo di Belanda, untuk menerbitkan majalah Bobo di Indonesia. Pada awalnya, majalah Bobo terdiri dari 16 halaman kertas koran, dengan oplah mencapai 50.000 eksemplar, dan menjadi majalah anak-anak pertama yang berwarna di Indonesia.
Usaha di bidang majalah ini kemudian semakin berkembang dan merambah ke segmen remaja, wanita, pria, otomotif, pengetahuan, teknologi dan umum, yang semuanya tergabung dalam unit bisnis Kelompok Majalah.

1974
Pada tahun 1974 didirikan unit bisnis PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) sebagai penerbit buku umum. Buku pertama yang diterbitkan adalah novel Karmila karya Marga T, yang sebelumnya merupakan cerita bersambung di Harian KOMPAS. Produk penerbitan buku GPU mendapatkan respon yang positif di masyarakat, maka usaha penerbitan buku merambah ke berbagai segmen, seperti buku anak-anak, novel, buku resep makanan, buku nonfiksi seperti buku seri manajemen, budaya, filsafat, sains, buku perguruan tinggi, dan lain sebagainya.
1985
Untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus semakin berkembang berkait dengan beragamnya jenis buku, pada 15 Januari 1985 didirikan unit usaha khusus untuk menerbitkan buku-buku elektronik, buku komputer, yang kemudian juga merambah ke buku-buku komik, yaitu PT Elexmedia Komputindo. Khusus untuk buku-buku ajar, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah, pada 20 September 1990 didirikan penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), dan kemudian pada 1 Juni 1996 juga didirikan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), kemudian Penerbit Buku Kompas, yang antara lain mendaur ulang tulisan-tulisan yang pernah dimuat di harian KOMPAS.
1976
Pada tahun 1976, Kompas Gramedia mendirikan unit bisnis PT Gramedia Film. Saat itu, selain menggarap film-film dokumenter, Gramedia Film juga membuat film cerita. Salah satu film cerita yang berprestasi adalah Suci Sang Primadona yang mendapat Piala Citra, penghargaan tertinggi perfilman Indonesia. Hanya saja Gramedia Film tidak berumur panjang, karena kalah bersaing dengan produksi film lainnya yang lebih mengutamakan konten hiburan.
1981
Perusahaan juga melakukan diversifikasi usaha di luar core business dengan membangun unit bisnis perhotelan, yang dimulai dengan didirikannya PT Grahawita Santika (PT GWS) pada tanggal 22 Agustus 1981. PT GWS pertama kali membeli Hotel Soeti di Jl. Sumatera, Bandung, yang kemudian di renovasi dan diganti menjadi Hotel Santika Bandung hingga saat ini. Usaha di bidang perhotelan berkembang sangat pesat dan Hotel Santika telah hadir di berbagai kota besar di Indonesia.
1984
Kompas Gramedia kembali mengembangkan produk yang dimilikinya dengan menerbitkan rubrik BOLA pada tanggal 3 Maret 1984 sebagai sisipan harian KOMPAS setiap hari Jumat. Rubrik BOLA dicetak pertama kali sebanyak 412.000 eksemplar sesuai dengan oplah KOMPAS pada waktu itu, dan mendapat respon yang sangat baik dari para pembaca dan pemasang iklan. Atas gagasan Jakob Oetama, selaku Pemimpin Redaksi KOMPAS pada waktu itu, bahwa setiap rubrik KOMPAS yang digemari pembaca dapat dikembangkan menjadi terbitan tersendiri, maka 4 tahun kemudian tepatnya pada bulan April 1988, BOLA dilepas oleh KOMPAS untuk berdiri sendiri menjadi Tabloid BOLA. Keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan pula kemampuan desk olahraga di KOMPAS yang dipandang sebagai salah satu desk yang kuat karena dukungan wartawannya, sehingga rubrik olahraga menjadi salah satu rubrik yang digemari pembacanya. Dalam perkembangannya, BOLA menambah bauran produk dalam bentuk buku dan majalah. Tidak hanya terpaku pada dunia olahraga, BOLAmerambah juga ke bidang kesehatan, dengan diterbitkannya Tabloid SENIOR, dan kemudian berubah menjadi Tabloid Gaya Hidup Sehat.
1987
Pada tahun 1987, Kompas Gramedia mengambil-alih kepemilikan perusahaan penerbitan harian Sriwijaya Post di Palembang. Pada masa itu ada himbauan dari Menteri Penerangan RI agar koran-koran besar membantu koran-koran daerah yang terhambat permasalahan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers).
Maka pada akhir 1987 didirikan unit usaha Kelompok Pers Daerah (Persda) yang tugas awalnya adalah membantu koran-koran daerah yang membutuhkan pertolongan. Pada tahun 1988, Kompas Gramedia mengambil-alih perusahaan penerbitan koran Swadesi yang namanya diubah menjadi Serambi Indonesia di Banda Aceh. Tahun 1992, Kompas Gramedia mengambil-alih perusahaan penerbitan koran Pos Kupang, dan pada tahun 1994 mengambil-alih perusahaan penerbitan koran Banjarmasin Post. Pada perkembangan selanjutnya, Persda memperkuat bisnisnya dengan mendirikan sendiri koran daerah di hampir seluruh propinsi dengan brand Tribun.
1988
Diversifikasi usaha kembali dilakukan oleh Kompas Gramedia dengan pendirian PT Graha Kerindo Utama (GKU) pada tahun 1988, sebagai perusahaan converting tissue berkualitas dengan brand Tessa dan Multi. Seiring persaingan yang semakin ketat, GKU menginginkan jaminan kesediaan pasokan bahan baku kertas agar produksi bisa stabil, maka didirikanlah pabrik pembuatan kertas tissue (paper mill).
Pada tahun yang bersamaan dengan berdirinya GKU, Kompas Gramedia mengambil-alih surat kabar mingguan Surya, yang didirikan oleh perusahaan penerbitan koran Pos Kota pada tahun 1986, dan kemudian diubah menjadi Harian Pagi Surya.
1996
Dengan perkembangan perekonomian dan dunia bisnis di Indonesia, pada tahun 1996 Kompas Gramedia mendirikan PT. Grahanusa Mediatama yang menerbitkan Tabloid KONTAN, yang terbit pertama kali pada tanggal 27 September 1996. Untuk menjawab kebutuhan pembaca, diterbitkan pula pada Januari 2006 edisi khusus bulanan KONTAN dan pada tanggal 27 September 2007 diterbitkan harian bisnis dan investasi KONTAN.

1998
Perjalanan bisnis Kompas Gramedia tiba pada perkembangan tren di masyarakat yang menunjukkan fenomena meningkatnya penggunaan jaringan internet untuk mendapatkan informasi, maka Harian KOMPAS membuat versi online dari harian KOMPAS cetak yang disebut Kompas Online dengan alamat http://www.kompas.com. Pada tahun 1998, Kompas Online berkembang menjadi unit bisnis tersendiri dibawah naungan PT Kompas Cyber Media (KCM). Saat ini Kompas Online diubah menjadi Kompas.com.
1999
Pada tahun 1999, dengan tujuan memberikan informasi yang lebih khas bagi warga Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), diterbitkanlah Harian Warta Kota, tepatnya pada tanggal 3 Mei 1999. Diawali dari koran 12 halaman, Warta Kota terbit setiap hari Senin sampai Sabtu. Dengan mempertimbangkan respon yang baik dari para pembaca, pada tahun 2001 diterbitkan pula Warta Kota edisi hari Minggu.
2000
Pengembangan bisnis Kompas Gramedia kembali dilakukan pada tahun 2000, dengan didirikannya PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh, tepatnya pada tanggal 22 Maret 2000, yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan TV7. Pada perkembangannya TV7 resmi berubah nama menjadi Trans7 pada tanggal 15 Desember 2006 dengan masuknya PT Trans Corporation dalam kepemilikan saham.
2005
Upaya diversifikasi kembali dilakukan pada tanggal 25 November 2005, dengan mendirikan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang dikelola oleh Yayasan Media Informasi Kompas Gramedia. UMN merupakan sebuah lembaga perguruan tinggi dengan teknologi informasi dan komunikasi sebagai dasar dalam setiap proses belajar mengajar. Pada awalnya, sebagai tempat belajar mengajar, UMN menyewa gedung BNI46 Jl. Jend. Sudirman, Jakarta. Pada tahun 2009 UMN membangun gedung sendiri dan diresmikan pada tanggal 2 Desember 2009, bertempat di Gading Serpong, Summarecon, Tangerang.
2009
Seiring dengan perkembangan teknologi dan situasi lingkungan bisnis di media, bisnis media cetak diarahkan untuk melakukan transformasi menuju era digital. Dengan demikian sosok media selanjutnya ditampilkan melalui multi media, multi channel, dan multiplatform (MMM). Maka pada awal tahun 2009 media televisi mulai dijajagi kembali. Kompas Gramedia Television (KOMPAS GRAMEDIA TV) menjadi kendaraan perusahaan untuk menjalankan bisnis di televisi yang dimulai dengan pembentukan proyek KOMPAS GRAMEDIATV pada awal Oktober 2009. Proyek ini memulai kegiatannya dengan membentuk KOMPAS GRAMEDIA Production yang diberi tugas untuk memproduksi program acara yang memberikan value added kepada pemirsa, sehingga program-program yang akan ditayangkan mengandung nilai-nilai kemanusiaan, nilai sosial dan pendidikan. Proyek KOMPAS GRAMEDIATV sekaligus juga mempersiapkan terbentuknya KOMPAS GRAMEDIA TV Network, Kompas Channel, KOMPAS GRAMEDIA Vision, dan Kompas TV.

PROFIL PT.KOMPAS GRAMEDIA  
Profil Kompas Gramedia Group Majalah Dalam evolusi teknologi komunikasi terdapat perubahan teknik cetak yaitu menciptakan permintaan dalam kreativitas dan inovasi yang semakin beragam. Sejarah dimulai dari munculnya sebuah majalah saku Intisari pada tahun 1963. Pada saat itu, publikasi pertama kami diterbitkan sebulan sekali. 50 tahun kemudian,Gramedia Majalah menyediakan konten inspirasi dan pencerahan yang sama dari menit ke menit dengan strategi yang terpadu dengan multi-platform yang menggabungkan cetak, online, ponsel, tablet, radio dan acara. Gramedia Majalah telah menerbitkan lebih dari 1.100 judul dalam 50 merek, hal itu membuat Gramedia Majalah cepat berkembang sebagai perusahaan media terbesar di bangsa dan di Asia Tenggara.
Selama lebih dari 45 tahun, Gramedia Majalah memberikan provokatif
dan konten bertarget yang inspiratif dan menarik pembaca antusias
yang mencerahkan orang di seluruh segmen dan di seluruh platform 40
dan melintasi batas - batas di setiap hari. Sejak tahun 2000, Gramedia Majalah telah tumbuh dalam kehadiran digital
dalam tantangan - tantangan. Gramedia Majalah saat ini telah berubah menjadi perusahaan media terpadu yang terkemuka di Asia Tenggara

http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/history
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01237-MC%20Bab3001.pdf



Nama : Abeatrice
Kelas : 1EB16
NPM : 20214003
UNIVERSITAS GUNADARMA